SDM Terbatas, Ditjen Pajak Terapkan Total Benchmarking
Sabtu, 17 Oktober 2009 20:04 WIB
SUKABUMI, KOMPAS.com- Akibat kurangnya sumber daya manusia, Direktorat Jenderal Pajak menerapkan total benchmarking untuk mengidentifikasi wajib pajak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Demikian disampaikan Penanggungjawab Teknis Sub Tim Benchmarking Direktorat Transformasi Proses Bisnis Ditjen Pajak, Singgih, di Sukabumi, Sabtu (17/10).
"Kami gunakan total benchmarking (TB) untuk perusahaan di berbagai sektor. Ditjen Pajak ini kan jumlah SDM-nya terbatas," ujar Singgih.
Dia menjelaskan, untuk satu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) hanya ditangani oleh sekitar 80 petugas. Padahal, dalam satu KPP terdapat sekitar 20.000 wajib pajak yang harus ditangani. "Karena itu, kita bikin Benchmarking untuk menyusun prioritas wajib pajak sekitar mana yang harus dipelototi," cetusnya.
Total benchmarking yang diaplikasikan Ditjen Pajak ini adalah membandingkan rasio-rasio yang terkait tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha. Aspek-aspek yang diuji antara lain, biaya usaha, aktivitas luar usaha, obyek pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan (PPh) dan pajak masukan.
Kemudian, dilihat juga hubungan ketertarikan antar rasio sehingga dapat dinilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
"Kami juga mulai hitung keuntungan sebelum pajak, rasio pajak terhadap penjualan, kemudian aktifitas (pendapatan) luar usaha ini biasa disebut others income atau others expenses. Kami sudah hasilkan tiga formula untuk kaitkan 14 rasio perpajakan," terangnya.
Data hasil benchmark tersebut akan diperiksa ulang dengan data penyampaian surat pemberitahuan (SPT) massa maupun tahunan serta data lain yang telah disampaikan oleh wajib pajak. Apabila dalam proses verifikasi antara data hasil benchmark dan SPT wajib pajak ternyata ditemukan alasan yang tidak masuk akal, maka Ditjen Pajak akan melakukan tindak lanjut berupa himbauan, konseling, maupun pemeriksaan.
Saat ini, lanjut Singgih, pihaknya telah merilis benchmark pada 20 sektor usaha. Jumlah ini masih jauh dari total 1.200 kelompok usaha yang ada. "Dari 20 ini kami akan lihat efektifitasnya dulu. Kalau ini bagus, nanti akan rilis sektor-sektor lain, tetapi jika ada masukan dari teman-teman di KPP, nanti akan kami perbaiki dulu," tandasnya.
SUKABUMI, KOMPAS.com- Akibat kurangnya sumber daya manusia, Direktorat Jenderal Pajak menerapkan total benchmarking untuk mengidentifikasi wajib pajak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Demikian disampaikan Penanggungjawab Teknis Sub Tim Benchmarking Direktorat Transformasi Proses Bisnis Ditjen Pajak, Singgih, di Sukabumi, Sabtu (17/10).
"Kami gunakan total benchmarking (TB) untuk perusahaan di berbagai sektor. Ditjen Pajak ini kan jumlah SDM-nya terbatas," ujar Singgih.
Dia menjelaskan, untuk satu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) hanya ditangani oleh sekitar 80 petugas. Padahal, dalam satu KPP terdapat sekitar 20.000 wajib pajak yang harus ditangani. "Karena itu, kita bikin Benchmarking untuk menyusun prioritas wajib pajak sekitar mana yang harus dipelototi," cetusnya.
Total benchmarking yang diaplikasikan Ditjen Pajak ini adalah membandingkan rasio-rasio yang terkait tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha. Aspek-aspek yang diuji antara lain, biaya usaha, aktivitas luar usaha, obyek pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan (PPh) dan pajak masukan.
Kemudian, dilihat juga hubungan ketertarikan antar rasio sehingga dapat dinilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
"Kami juga mulai hitung keuntungan sebelum pajak, rasio pajak terhadap penjualan, kemudian aktifitas (pendapatan) luar usaha ini biasa disebut others income atau others expenses. Kami sudah hasilkan tiga formula untuk kaitkan 14 rasio perpajakan," terangnya.
Data hasil benchmark tersebut akan diperiksa ulang dengan data penyampaian surat pemberitahuan (SPT) massa maupun tahunan serta data lain yang telah disampaikan oleh wajib pajak. Apabila dalam proses verifikasi antara data hasil benchmark dan SPT wajib pajak ternyata ditemukan alasan yang tidak masuk akal, maka Ditjen Pajak akan melakukan tindak lanjut berupa himbauan, konseling, maupun pemeriksaan.
Saat ini, lanjut Singgih, pihaknya telah merilis benchmark pada 20 sektor usaha. Jumlah ini masih jauh dari total 1.200 kelompok usaha yang ada. "Dari 20 ini kami akan lihat efektifitasnya dulu. Kalau ini bagus, nanti akan rilis sektor-sektor lain, tetapi jika ada masukan dari teman-teman di KPP, nanti akan kami perbaiki dulu," tandasnya.
Hatta Kurang Tepat Jadi Menko Perekonomian?
Minggu, 18 Oktober 2009 18:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Ekonomi, Tony A Prasetyantono, mengatakan, Hatta Radjasa kurang tepat untuk menduduki jabatan sebagai menteri koordinator perekonomian. "Pengalaman Pak Hatta menjadi Menko Perekonomian kurang mendukung. Jabatan ini mestinya orang yang benar-benar mumpuni di bidang ekonomi, baik makro maupun mikro karena dia yang kan mengkoordinasikan fungsi-fungsi ekonomi," kata pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu seperti dikutip Antara, Minggu (18/10). Tony mengatakan, menteri koordinator perekonomian, sebaiknya dari kalangan akademisi yang pernah menduduki jabatan di kementrian ekonomi seperti mantan menteri keuangan atau kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). "Selayaknya menteri perekonomian itu orang yang mumpuni di bidang ekonomi, sehingga dia tahu benar apa yang akan dikerjakan pada lima tahun mendatang," kata Tony yang merupakan kepala ekonom Bank BNI. Ia mengatakan, latar belakang Hatta Radjasa kurang memenuhi syarat sebagai calon menteri koordinator perekonomian. "Jabatan yang dipegang selama ini kebanyakan menteri teknis, seperti Menteri Perhubungan, Menteri Riset dan Teknologi, terakhir menteri sekretaris negara, sedangkan latar belakang pendidikan ekonomi juga tidak ada. Jadi saya kira ini justru sulit," katanya. Menurut dia, Menko ekonomi yang tidak memahami ilmu-ilmu ekonomi secara mumpuni justru akan membuat kinerja perekonomian tidak efektif. "Karena dia harus belajar dulu, ini kan menghabiskan waktu. Padahal, menteri itu kan dituntut untuk tahu apa yang harus dikerjakan, kalau sambil belajar dulu ya habis waktunya," katanya. Di sisi lain, menurut dia, calon menteri keuangan Sri Mulyani memiliki kemampuan yang tak diragukan sehingga seharusnya menko perekonomian memiliki kemampuan yang lebih atau setidaknya setara untuk mengimbangi menteri keuangan. "Harus mumpuni dan harus juga pandai, memang ada Pak Boediono sebagai wakil presiden bisa saja membantu menko perekonomian, tapi kan jadi aneh. Tugas menteri itu'kan membantu presiden dan wakil presiden, bukan sebaliknya," katanya. Ia mengusulkan agar menteri dan menko perekonomian tetap digabung dalam satu atap yang dijabat oleh Menteri Keuangan."Nah nantinya menteri keuangan itu memiliki wakil menteri keuangan," katanya.
Sementara itu pengamat ekonomi Aviliani justru mengatakan sebalinya. Menurut dia, Hatta Radjasa merupakan sosok ideal sebagai calon Menko Bidang Perekonomian pada kabinet mendatang. "Mungkin pengalaman dia dalam bidang ekonomi masih kurang namun Hatta memiliki leadership dan kemampuan untuk mengkoordinir menteri bidang ekonomi karena dia memiliki rekam jejak yang baik serta pengalaman dalam bidang itu," ujarnya di Jakarta, Minggu.
Aviliani menambahkan ada dua keunggulan Hatta Radjasa yang dapat menguntungkannya dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II apabila terpilih menjadi Menko Perekonomian yaitu Hatta dengan pengalamannya di kabinet dapat membuat menteri-menteri lebih segan kepadanya dan Hatta memiliki hubungan relasi yang relatif bagus di antara kalangan elite politik lain. "Lihat saja lobi-lobi yang dilakukannya sehingga Taufik Kiemas dapat menjadi ketua MPR, itu membuktikan dia mempunyai hubungan yang baik di kalangan elite," ujarnya.
Mantan Direktur Indef ini mengatakan kelemahan yang dimiliki oleh Hatta dalam bidang ekonomi dapat ditutupi oleh wakil presiden terpilih Boediono untuk membantu tugas-tugas keseharian yang membutuhkan kemampuan teknis dalam bidang ekonomi. "Pak Boediono nanti sebagai mantan menko dapat membantu tugas Pak Hatta jadi hal ini nantinya tidak akan menimbulkan masalah," ujarnya.
Menurut dia, jabatan Menko Perekonomian merupakan jabatan yang harus dapat mensinergikan kinerja antar menteri bidang ekonomi agar dapat mencapai kinerja terutama dalam memberdayakan daya dukung perekonomian dalam sektor pertanian. "Dapat dikatakan Menko harus mampu menyamakan visi dan misi antar menterinya serta meningkatkan koordinasi antar Departemen agar target sasaran seperti pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pada 2010 dapat tercapai dan untuk menekan tingkat inflasi, kemiskinan dan pengangguran," ujar Aviliani.
Apabila terpilih menjadi Menko Perekonomian, Aviliani berharap Hatta dapat menghasilkan kinerja yang baik dalam bidang ekonomi. "Kabinet 5 tahun kemarin masih memiliki kelemahan karena banyak menteri-menteri yang bekerja sendiri dan tanpa koordinasi," ujarnya.
Sebelumnya pada Sabtu (17/10) Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa usai mengikuti uji kelayakan calon menteri di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, Puri Cikeas Indah, Bogor, menyatakan diri siap berkiprah di bidang ekonomi. Hatta mengatakan ia banyak berbicara dengan presiden terpilih periode 2009-2014 mengenai kinerja pembangunan selama lima tahun ke depan serta program-program mendesak di bidang ekonomi. "Bapak Presiden banyak bicarakan hal terkait bidang perekonomian dan apa yang harus dicapai, bagaimana kita tekan kemiskinan, mencapai "growth"(pertumbuhan ekonomi), dan sebagainya," ujar Hatta.
Hatta meyakini kiprahnya selama ini di pemerintahan cukup untuk membekalinya bergelut di bidang perekonomian. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II akan diumumkan pada 21 Oktober 2009.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Ekonomi, Tony A Prasetyantono, mengatakan, Hatta Radjasa kurang tepat untuk menduduki jabatan sebagai menteri koordinator perekonomian. "Pengalaman Pak Hatta menjadi Menko Perekonomian kurang mendukung. Jabatan ini mestinya orang yang benar-benar mumpuni di bidang ekonomi, baik makro maupun mikro karena dia yang kan mengkoordinasikan fungsi-fungsi ekonomi," kata pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu seperti dikutip Antara, Minggu (18/10). Tony mengatakan, menteri koordinator perekonomian, sebaiknya dari kalangan akademisi yang pernah menduduki jabatan di kementrian ekonomi seperti mantan menteri keuangan atau kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). "Selayaknya menteri perekonomian itu orang yang mumpuni di bidang ekonomi, sehingga dia tahu benar apa yang akan dikerjakan pada lima tahun mendatang," kata Tony yang merupakan kepala ekonom Bank BNI. Ia mengatakan, latar belakang Hatta Radjasa kurang memenuhi syarat sebagai calon menteri koordinator perekonomian. "Jabatan yang dipegang selama ini kebanyakan menteri teknis, seperti Menteri Perhubungan, Menteri Riset dan Teknologi, terakhir menteri sekretaris negara, sedangkan latar belakang pendidikan ekonomi juga tidak ada. Jadi saya kira ini justru sulit," katanya. Menurut dia, Menko ekonomi yang tidak memahami ilmu-ilmu ekonomi secara mumpuni justru akan membuat kinerja perekonomian tidak efektif. "Karena dia harus belajar dulu, ini kan menghabiskan waktu. Padahal, menteri itu kan dituntut untuk tahu apa yang harus dikerjakan, kalau sambil belajar dulu ya habis waktunya," katanya. Di sisi lain, menurut dia, calon menteri keuangan Sri Mulyani memiliki kemampuan yang tak diragukan sehingga seharusnya menko perekonomian memiliki kemampuan yang lebih atau setidaknya setara untuk mengimbangi menteri keuangan. "Harus mumpuni dan harus juga pandai, memang ada Pak Boediono sebagai wakil presiden bisa saja membantu menko perekonomian, tapi kan jadi aneh. Tugas menteri itu'kan membantu presiden dan wakil presiden, bukan sebaliknya," katanya. Ia mengusulkan agar menteri dan menko perekonomian tetap digabung dalam satu atap yang dijabat oleh Menteri Keuangan."Nah nantinya menteri keuangan itu memiliki wakil menteri keuangan," katanya.
Sementara itu pengamat ekonomi Aviliani justru mengatakan sebalinya. Menurut dia, Hatta Radjasa merupakan sosok ideal sebagai calon Menko Bidang Perekonomian pada kabinet mendatang. "Mungkin pengalaman dia dalam bidang ekonomi masih kurang namun Hatta memiliki leadership dan kemampuan untuk mengkoordinir menteri bidang ekonomi karena dia memiliki rekam jejak yang baik serta pengalaman dalam bidang itu," ujarnya di Jakarta, Minggu.
Aviliani menambahkan ada dua keunggulan Hatta Radjasa yang dapat menguntungkannya dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II apabila terpilih menjadi Menko Perekonomian yaitu Hatta dengan pengalamannya di kabinet dapat membuat menteri-menteri lebih segan kepadanya dan Hatta memiliki hubungan relasi yang relatif bagus di antara kalangan elite politik lain. "Lihat saja lobi-lobi yang dilakukannya sehingga Taufik Kiemas dapat menjadi ketua MPR, itu membuktikan dia mempunyai hubungan yang baik di kalangan elite," ujarnya.
Mantan Direktur Indef ini mengatakan kelemahan yang dimiliki oleh Hatta dalam bidang ekonomi dapat ditutupi oleh wakil presiden terpilih Boediono untuk membantu tugas-tugas keseharian yang membutuhkan kemampuan teknis dalam bidang ekonomi. "Pak Boediono nanti sebagai mantan menko dapat membantu tugas Pak Hatta jadi hal ini nantinya tidak akan menimbulkan masalah," ujarnya.
Menurut dia, jabatan Menko Perekonomian merupakan jabatan yang harus dapat mensinergikan kinerja antar menteri bidang ekonomi agar dapat mencapai kinerja terutama dalam memberdayakan daya dukung perekonomian dalam sektor pertanian. "Dapat dikatakan Menko harus mampu menyamakan visi dan misi antar menterinya serta meningkatkan koordinasi antar Departemen agar target sasaran seperti pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pada 2010 dapat tercapai dan untuk menekan tingkat inflasi, kemiskinan dan pengangguran," ujar Aviliani.
Apabila terpilih menjadi Menko Perekonomian, Aviliani berharap Hatta dapat menghasilkan kinerja yang baik dalam bidang ekonomi. "Kabinet 5 tahun kemarin masih memiliki kelemahan karena banyak menteri-menteri yang bekerja sendiri dan tanpa koordinasi," ujarnya.
Sebelumnya pada Sabtu (17/10) Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa usai mengikuti uji kelayakan calon menteri di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, Puri Cikeas Indah, Bogor, menyatakan diri siap berkiprah di bidang ekonomi. Hatta mengatakan ia banyak berbicara dengan presiden terpilih periode 2009-2014 mengenai kinerja pembangunan selama lima tahun ke depan serta program-program mendesak di bidang ekonomi. "Bapak Presiden banyak bicarakan hal terkait bidang perekonomian dan apa yang harus dicapai, bagaimana kita tekan kemiskinan, mencapai "growth"(pertumbuhan ekonomi), dan sebagainya," ujar Hatta.
Hatta meyakini kiprahnya selama ini di pemerintahan cukup untuk membekalinya bergelut di bidang perekonomian. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II akan diumumkan pada 21 Oktober 2009.
sumber :
Inilah Kemungkinan 16 Menteri Kabinet Indonesia Bersatu
Sabtu, 17 Oktober 2009 21:59 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Hindra LiuBOGOR, KOMPAS.com- Setelah hampir sebulan spekulasi mengenai susunan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II bergulir, kini sedikit demi sedikit mulai terungkap. Pada hari Sabtu (17/10) ini, setidaknya telah ada 16 calon menteri yang datang ke kediaman Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas Indah, Bogor, untuk mengikuti proses wawancara/uji kepatutan dan kelayakan.
Sebagian besar calon menteri bersedia mengungkapkan pos yang akan ditempatinya pada era pemerintahan SBY 2009-2014. Namun, sebagian kecil lainnya memilih bungkam.
Sebelumnya, SBY sempat menjanjikan wajah-wajah baru pada KIB jilid II. Namun hingga malam ini terlihat hampir semua yang datang merupakan wajah lama.
Berikut ini adalah ke-16 nama kementerian/departemen beserta calonnya.
01. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan: Marsekal (Purn) TNI Djoko Suyanto
02. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Hatta Rajasa
03. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat: Agung Laksono
04. Menteri Sekretariat Negara: Sudi Silalahi
05. Menteri Keuangan: Sri Mulyani Indrawati
06. Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi
07. Menteri Pendidikan Nasional: M Nuh
08. Menteri Sosial: Suryadharma Ali (?)
09. Menteri Perdagangan: Mari Elka Pangestu
10. Menteri Koperasi dan UKM: Syarif Hasan
11. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik
12. Kepala Bappenas: Salim Assegaf (?)
13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Muhaimin Iskandar
14. Menteri Komunikasi dan Informatika: Tifatul Sembiring
15. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia: Sutanto (?)
16. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga: Andi Mallarangeng
Laporan wartawan KOMPAS.com Hindra LiuBOGOR, KOMPAS.com- Setelah hampir sebulan spekulasi mengenai susunan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II bergulir, kini sedikit demi sedikit mulai terungkap. Pada hari Sabtu (17/10) ini, setidaknya telah ada 16 calon menteri yang datang ke kediaman Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas Indah, Bogor, untuk mengikuti proses wawancara/uji kepatutan dan kelayakan.
Sebagian besar calon menteri bersedia mengungkapkan pos yang akan ditempatinya pada era pemerintahan SBY 2009-2014. Namun, sebagian kecil lainnya memilih bungkam.
Sebelumnya, SBY sempat menjanjikan wajah-wajah baru pada KIB jilid II. Namun hingga malam ini terlihat hampir semua yang datang merupakan wajah lama.
Berikut ini adalah ke-16 nama kementerian/departemen beserta calonnya.
01. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan: Marsekal (Purn) TNI Djoko Suyanto
02. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Hatta Rajasa
03. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat: Agung Laksono
04. Menteri Sekretariat Negara: Sudi Silalahi
05. Menteri Keuangan: Sri Mulyani Indrawati
06. Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi
07. Menteri Pendidikan Nasional: M Nuh
08. Menteri Sosial: Suryadharma Ali (?)
09. Menteri Perdagangan: Mari Elka Pangestu
10. Menteri Koperasi dan UKM: Syarif Hasan
11. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik
12. Kepala Bappenas: Salim Assegaf (?)
13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Muhaimin Iskandar
14. Menteri Komunikasi dan Informatika: Tifatul Sembiring
15. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia: Sutanto (?)
16. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga: Andi Mallarangeng
sumber :
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV-2009 Capai 4,5 Persen
JAKARTA, KOMPAS.com — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun ini diperkirakan akan mencapai 4,5 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat acara halalbihalal dan seminar Asosiasi Emiten Indonesia di Jakarta, Rabu (21/10). "Kuartal IV moga-moga jauh lebih baik. Probabilitasnya jauh lebih kuat. Kalau untuk kuartal IV saya kira berada di kisaran 4,5 persen," katanya.
Menurutnya, kondisi ekonomi pada kuartal IV tahun lalu dipengaruhi oleh krisis global sehingga angka pertumbuhan ekonomi saat itu terpuruk. Kondisi ini berbeda dengan kuartal IV tahun ini yang sudah menunjukkan pemulihan ekonomi.
Karena itu, dia optimistis pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan hingga akhir tahun 2009 akan mencapai 4,5 persen. "Tahun lalu kan dipengaruhi oleh krisis global. Jadi, tahun ini saya pikir akan mendapatkan growth yang lebih tinggi," tuturnya.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat acara halalbihalal dan seminar Asosiasi Emiten Indonesia di Jakarta, Rabu (21/10). "Kuartal IV moga-moga jauh lebih baik. Probabilitasnya jauh lebih kuat. Kalau untuk kuartal IV saya kira berada di kisaran 4,5 persen," katanya.
Menurutnya, kondisi ekonomi pada kuartal IV tahun lalu dipengaruhi oleh krisis global sehingga angka pertumbuhan ekonomi saat itu terpuruk. Kondisi ini berbeda dengan kuartal IV tahun ini yang sudah menunjukkan pemulihan ekonomi.
Karena itu, dia optimistis pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan hingga akhir tahun 2009 akan mencapai 4,5 persen. "Tahun lalu kan dipengaruhi oleh krisis global. Jadi, tahun ini saya pikir akan mendapatkan growth yang lebih tinggi," tuturnya.
sunber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/10/21/12293918/pertumbuhan.ekonomi.kuartal.iv-2009.capai.45.persen